Oleh:
Bayu Widyanto (15301244010)
Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta
Refleksi Perkuliahan Etnomatematika
Dalam pembelajaran etnomatematika
pada tanggal 14 Mei 2018, mahasiswa dibentuk kelompok-kelompok, ada kelompok
besar, kelompok sedang dan kelompok kecil dengan kelompok besar beranggotakan
14 orang dan sisa nya dibentuk 2 kelompok sedang dan 3 kelompok kecil.
Pertemuan kali ini mahasiswa telah menyiapkan minimal 5 pertanyaan yang ditulis
pada selembar kertas yang kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan.
Pada sesi tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab langsung oleh
Prof. Marsigit di kelompok besar. Saya sendiri salah satu yang beruntung karena
berada pada kelompok besar.
Saat
tanya jawab berlangsung, banyak pertanyaan-pertanyaan yang telah dijawab oleh
Prof.Marsigit. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut ada beberapa pertanyaan yang
menarik, salah satunya pertanyaan dari Endar “ Bagaimana cara guru mengapai
siswa yang memiliki berbagai macam karakteristik?”. Prof.Marsigit menjawab
bahwa hal tersebut bisa dilakukan misalnya saja mengelola kelas dengan 1
kelompok besar, 2 kelompok sedang dan 3 kelompok kecil sekaligus dalam satu
kelas ada 3 macam kelompok. Didalam penerapannya, pengembangan masing-masing
kelompok dengan cara diberi LKS yang berbeda-beda, membahas persoalan yang
berbeda-beda, jadi dalam 1 jam pelajaran dapat mengapai KD yang berbeda-beda. Selain
itu juga guru harus meneliti untuk memahami karakteristik siswa jika dilihat
dari sudut pandang etnomatematika.
Dari
banyaknya pertanyaan yang diajukan dan pertanyaan yang telah dijawab, berikut
rangkuman perkuliahan pada tanggal 14 Mei 2018 :
Perbedaan
RPP berbasis etno dan yang tidak itu bisa dilihat dari syntak dan contoh
matematika konkrit. RPP yang berbasis etno contoh nya maka merujuk ke
kebudayaan misalnya saja pada Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan lain
sebagainya. Tentu saja tidak semua hal bisa dipakai dengan etno, karena etno
itu merupakan pendekatan. Misalnya alat yang berupa kalkulator, kalkulator
dapat menghitung, menjumlah banyak sekali. Komputer juga begitu akan tetapi
tidak semua dapat dikerjakan dengan komputer. Jadi banyak sekali yang dapat
digali budaya nya, untuk mata kuliah yang dapat digali budayanya istilah nya
beda-beda, kalau Bahasa maka istilahnya etnolingguistik kalau matematika
istilahnya etnomatematika atau dapat berbasis budaya.
Dalam
pembelajaran matematika berbasis etno, semakin tinggi pendidikan yang diambil
maka matematika semakin abstrak. Misalnya saja pada SD dan SMP, etno masih
diperlukan untuk pemahaman benda konkrit sedangkan pada SMA sudah mulai
mengurangi gambar-gambar etno. Adapula teori-teori yang mendasari pembelajaran
berbasis etno, misalnya saja Teori pembelajaran bermakna, Teori konstruktivism,
dan lain sebagainya. Teori-teori tersebut dapat dilihat di cmaps, untuk lebih
jelas bisa langsung menuju link tersebut http://iwmweb.uni-koblenz.de:8081/rid=1J4WFW3B5-188TSW6-9K2/Theories.cmap
.
Agar
pembelajar etnomatematika berjalan dengan baik maka syntak harus baik. Syntak
baik maka pembelajaran juga baik. Setelah semua tersusun dengan baik kemudian
tugas guru adalah memfasilitasi kegiatan siswa dan membantu mengembangkan
kreativitas siswa. Supaya siswa kreatif maka siswa harus mandiri, harus merdeka
tidak boleh dalam tekanan, harus dalam kondisi yang senang memunyai motivasi.
Semua tersebut dapat dirangkum melalui komunikasi sehingga dapat menjawab semua
tentang motivasi, rasa senang , dan lain sebagainya. Selain itu untuk
membangkitkan semangat belajar siswa dapat dari aktivitas guru, aktivitas
dikelas, aktivitas diluar kelas, dan pengalaman yang diberikan
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar